Dessiana Irma Yuanita Blogger's
Jumat, 07 Desember 2012
cara menyolder yang baik
Menyolder dalam elektronika adalah salah satu hal wajib yang perlu
diketahui oleh teknisi. Karena, elektronika rentan dengan hal solder
menyolder dalam prakteknya dilapangan. Namun, dalam menyolder juga
terdapat teknik-teknik menyolder yang baik, dan perlu kita ketahui. Hal
ini agar nantinya hasil solderan akan menjadi baik dan tidak membuat
rusak komponen lain atau komponen yang akan kita solder.
gambar : menyolder komponen elektronika
Berikut ini beberapa teknik menyolder yang baik dan benar (penting ga seh??:p):
- Gunakan solder dengan mata solder yang runcing
- Gunakan solder dengan daya 30-40W
- Pastikan permukaan tembaga PCB mengkilap, jika buram maka amplaslah dengan amplas yang halus
- Hilangkan karat pada kaki komponen dengan mengeriknya hingga mengkilap, adanya karat pada kaki komponen ditandai dengan tidak mengkilapnya kaki komponen
- Saat menyolder, tempelkan solder pada tembaga PCB (jangan terlalu lama) kemudian tempelkan timah pada solder secukupnya, tunggu hingga timah mencari dan menyebar
- Segera setelah timah menyebar di seluruh daerah solder, jauhkan solder dan tunggu hingga timah dingin
- Penyolderan yang baik adalah yang melekatkan tembaga PCB dengan kaki komponen dengan jumlah timah yang sedikit (tidak cembung), dan tidak runcing
- Jepit kaki komponen semi konduktor seperti ic, transistor, led, diode dan sensor dengan tang atau logam lain agar tidak terlalu panas
Lampu Flip-Flop
Lampu Flip-Flop, secara sederhana dapat diartikan 2 atau lebih lampu yang secara bergantian mati dan menyala. Sesuai judul, saya akan membahas cara kerja Lampu Flip Flop ini, bukan cara pembuatannya. Untuk penjelasan, agar mudah dipahami saya menggunakan 2 buah led saja.
Skema diatas mempunyai komponen sbb
- 2 Led ( gambar segitiga itu )
- 4 Buah resistor ( 2 resistor 470 dan 2 resistor 100k )
- 2 Kapasitor ( 10uF, baca 10 mikrofarad )
- 2 Transistor ( 2N3904 )
- 1 Sumber ( 9V )
Merupakan komponen yang akan menyala, jika dilewati tegangan dan arus yang sesuai. Lampu led ada banyak warna, setiap warna, berbeda antara tegangan dan arus satu sama lain.
Infra merah : 1,6 V
Merah : 1,8 V – 2,1 V
Oranye : 2,2 V
Kuning : 2,4 V
Hijau : 2,6 V
Biru : 3,0 V – 3,5 V
Putih : 3,0 – 3,6 V
Ultraviolet : 3,5 V
Resistor
Komponen yang berguna untuk memberi resistensi atau hambatan pada rangkaian. Sesuai dengan hukum Ohm R=V/I. Maka dengan resistor ini kita dapat mengubah kebutuhan tegangan dan kuat arus agar sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan led. Cara membaca besarnya resistensi bisa dilihat disini
Transistor
Nah, ini yang merupakan komponen penting dalam rangkaian flip flop. Transistor memiliki 3 kaki, C ( kolektor ) B ( basis ), E ( emitor ). Transistor disini berfungsi sebagai saklar otomatis.
Ada 2 jenis transistor NPN ( Negative Positive Negative ) dan PNP ( Positive Negative Positive ). Dalam konteks ini, saya hanya akan menjelaskan yang NPN. Ketika kaki basis diberi tegangan dan arus yg sesuai, maka transistor dalam keadaan on, akibatnya akan ada arus dari kolektor ke emitor, yang besarnya lebih besar dari tegangan dan arus dari basis. Jika tidak ada arus yang mengalir kedalam basis, atau tegangan yang diberikan ke basis kurang, maka transistor dalam keadaan off.
Kapasitor
Selain transistor, kapasitor juga penting. Kapasitor berfungsi sebagai penyimpan muatan arus listrik. Ketika kapasitor dialiri arus listrik dari kutub – ke + milik kapasitor, maka kapasitor akan men-charge. Ketika muatan yang ada dalam kapasitor sudah penuh, secara otomatis kapasitor akan mengeluarkan muatannya dari + ke – milik kapasitor.
Berikut kronologi kejadian lampu flip flop
- Arus listrik mengalir hingga mengisi 2 kapasitor.
- Kapasitor yang terisi penuh duluan, dia yang akan mengeluarkan muatannya pertama kali.
- Kapasitor 1 mengeluarkan muatannya hingga mengenai basis pada transistor 1. Jika muatan yang dikeluarkan kapasitor 1 sesuai yang diperlukan basis dalam mengaktifkan transistor 1. Maka transistor 1 dalam keadaan on, sehingga arus diperbolehkan melewati kolektor ke emitor.
- Akibatnya led 1 yang berhubungan dengan transistor 1 ini akan menyala.
- Sedangkan kapasitor 2 dalam keadaan off, karena muatan dalam kapasitor 2 belum bisa dikeluarkan. Sehingga led 2 tidak menyala. Walau ada muatan yang mengalir dari kolektor ke emitor transistor 2, namun masih belum cukup untuk membuat led 2 menyala.
- Ketika kapasitor 1 kehabisan muatan, secara otomatis kapasitor 2 mengeluarkan muatan, sehingga mengaktifkan transistor 2, dan led 2 menyala. Sedangkan kapasitor 1 masih mengisi muatan, sehingga transistor 1 off, mengakibatkan led 1 juga off.
- Seterusnya di ulang lagi.
Listrik dinamis
KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan
listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I)
yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang
menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu
tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik
adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap
satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
para ahli telah melakukan perjanjian
bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)
Terjadinya arus listrik dari kutub
positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub
positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif
dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang
lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Beda potensial antara kutub positif dan
kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam
keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)
Hubungan antara V dan I pertama kali
ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama
George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT
Hambatan atau resistansi berguna untuk
mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu
rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk
menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar
komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:
HUKUM I KIRCHOFF
Dalam alirannya, arus listrik juga
mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan
tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya
tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan
pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui
cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus
listriknya besar.
Hukum I Kirchoff berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
HUKUM II KIRCHOFF
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada
rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat
disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih
ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga
penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk
dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II
Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang
berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:
ENERGI LISTRIK
Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
DAYA LISTRIK
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat
listrik adalah merupakan besar energi listrik (W) yang muncul tiap
satuan waktu (t), kita tuliskan.
KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan
listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I)
yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang
menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu
tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik
adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap
satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
para ahli telah melakukan perjanjian
bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)
Terjadinya arus listrik dari kutub
positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub
positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif
dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang
lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Beda potensial antara kutub positif dan
kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam
keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)
Hubungan antara V dan I pertama kali
ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama
George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT
Hambatan atau resistansi berguna untuk
mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu
rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk
menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar
komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:
HUKUM I KIRCHOFF
Dalam alirannya, arus listrik juga
mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan
tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya
tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan
pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui
cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus
listriknya besar.
Hukum I Kirchoff berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
HUKUM II KIRCHOFF
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada
rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat
disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih
ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga
penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk
dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II
Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang
berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:
ENERGI LISTRIK
Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
DAYA LISTRIK
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat
listrik adalah merupakan besar energi listrik (W) yang muncul tiap
satuan waktu (t), kita tuliskan.
Langganan:
Postingan (Atom)